Jasdibahrun's Blog

Nikmatnya Al-Quran dengan pemahaman

SEHAT BERSAMA YASIN AYAT 28 S/D 35


SEHAT BERSAMA SURAT YASIN
AYAT 28 S/D 35
بسم الله الرحمن الرحيم
وَمَا اَنْزَلْنَا عَلَئ قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنّاَ مُنْزِلِيْنَ اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَمِدُوْنَ يَحَسْرَةً عَلَئ الْعِبَادِ مَا يَأْتِيْهِمْ مِنْ رَسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهِ يَسْتَهْزِءُوْنَ اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ اْلقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَايَرْجِعُوْنَ وَاِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيْعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ وَءَايَةٌ لَهُمُ اْلَارْضُ اْلمَيْتَةُ اَحْيَيْنَهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنَّتٍ مِنْ نَخِيْلٍ وَاَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِ لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

PENJELAN KATA-KATA

Kata Anzalna, kami telah menurunkan terulang sebanyak 40 kali. Ia berasal dari Anzala yang berarti dia telah menurunkan dan terulang sebanyak 63 dalam al-Quran. Selain dari itu kata nazala, dia turun ada 4 kali, serta nazzala, dia telah menurunkan ada 12 kali. Berarti keseluruhannya berjumlah 119 kali. Isim fail [kata benda yang menunjuk kepada pelaku] dari kata anzala tersebut berjumlah 3 kali dalam bentuk munziliin dan 2 kali munziluun. Ke lima bentuk isim fail tersebut memiliki arti yang berbeda:

1. Surat Yusuf, 12:59, Yusuf sebaik-baik penerima tamu.
2. Surat Al-Mukminun, 23:29, Allah sebaik-baik yang memberi tempat.
3. Surat Yasin, 36:28, Yang menurunkan pasukan dari langit.
4. Surat al-ankabut, 29:34, menurunkan azab dari langit
5. Surat al-Waqi’ah, 56:69, menurun air dari awan yang bermuatan air.

Kata Jundun atau Jundin dalam ayat diatas karena diawali oleh Min [huruf jar].
Yang berarti tentara atau pasukan terulang dalam al-Quran sebanyak 5 kali, 2 kali diantaranya terdapat dalam surat Yasin, yaitu ayat 28 dan 75. Dan sisanya masing-masing sekali dalam surat 38:11, 44:24 dan 67:20.

Kata shaihatan, berarti suatu teriakan atau suara keras menggeluntur, kata ini terulang sebanyak 13 kali. Penulis ingin memperlihatkan pengulangan kata tersebut guna memudahkan untuk difahami makna dan pesan dibalik makna. Keseluruhan kata tersebut adalah:

1. Surat Hud, ayat 67. Siksa yang menimpa kaum Tsamud karena keingkaran mereka terhadap perintah Allah melalui Nabi Shaleh as. Allah Swt berfirman, “dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya”

2. Surat Hud, ayat 94, azab yang menimpa penduduk Madyan [umat Nabi Syu’aib as]. Allah Swt berfirman, “dan tatkala datang azab Kami, kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim di binasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan ditempat tinggal mereka”.

3. Surat al-Hijr, ayat 73. azab yang menimpa umat Nabi Luth. Firman Allah, “maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit, maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras”[al-Hijr,73-74]

4. Surat al-Hijr, ayat 83. azab yang menimpa penduduk kota al-Hijr umat Nabi Shaleh as, “maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi”.

5. Surat al-Mukminun ayat 41. Kebinasaan yang menimpa orang-orang zalim. Firman Allah, “maka di musnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka [sebagai] sampah banjir, maka kebinasaan lah bagi orang-orang yang zalim itu”.

6. Surat al-Ankabut ayat 40. Kehancuran orang-orang yang melawan kebenaran. Firman Allah, “maka masing-masing mereka itu Kami siksa di sebabkan karena dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepada mereka hujan batu kerikil, dan diantara mereka ada yang ditimpa suara yang keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”

7. Surat Yasin ayat 29. Siksaan bagi penduduk Antiokhiah yang memusuhi rasul. Allah Swt berfirman,”tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati”

8. Surat Yasin ayat 49. Azab yang menimpa orang-orang kafir. Allah berfirman, “maka tidaklah mereka menunggu melainkan satu teriakan saja, yang akan membinasakan ketika mereka sedang bertengkar”

9. Surat Yasin ayat 53. Tiupan sangkakala. Firman Allah, “tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua di kumpulkan kepada Kami”

10. Surat Shaad ayat 15. Tanda hari kiamat. Firman Allah, “tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang”.

11. Surat Qaaf ayat 42. Ancaman terhadap orang-orang yang mengingkari hari berbangkit. Firman Allah, “[yaitu] pada hari mereka mendengarkan teriakan dengan sebanar-benarnya, itulah hari keluar dari kubur”.

12. Surat al-Qamar ayat 31. Kehancuran kaum Tsamud. Firman Allah, “sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur maka jadilah mereka seperti rumput-rumput yang kering [yang dikumpulkan oleh] yang mempunyai kandang binatang”.

13. Surat al-Munafiqun ayat 4. Tentang orang-orang munafik. Allah berfirman, “dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadi kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang bersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh [yang sebenarnya] maka waspadalah terhadap mereka, sehingga Allah membinasakan mereka. Bagaimana mereka sampai dipalingkan [dari kebenaran]”

Kata khamidun ada dua kali dalam al-Quran, selain dalam surat yasin ini satu lagi terdapat dalam surat al-Anbiya ayat 15:

فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّئ جَعَلْنَهُمْ حَصِيْدًا خَمِدِيْنَ
Artinya: Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah di tuai, yang tidak dapat hidup lagi

Kata hasratan yang biasa diartikan dengan penyesalan terulang sebanyak 5 kali dalam al-Quran, yaitu:

1. Surat Ali Imran ayat 156, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat kedalam hati orang-orang kafir.

2. Surat al-Anfaal ayat 36, Penyesalan orang-orang kafir dalam berinfak, untuk menghalangi manusia dari jalan Allah.

3. Surat Maryam ayat 39, hari akhir disebut oleh Allah sebagai hari penyesalan bagi orang-orang kafir.

4. Surat Yasin ayat 30, penyesalan bagi orang-orang yang tidak beriman.

5. Surat al-Haaqqah ayat 50, Al-Quran akan jadi penyesalan bagi orang kafir di akhirat.
Kata Yastahziun adalah fi’il mudhari’ [kata kerja bentuk sedang] fi’il madhinya [bentuk lampau] dari kata istahza-a, ia telah memperolok-olok, yastahziun berarti mereka memperolok-olok, dalam al-Quran terulang sebanyak 14 kali. Untuk melihat apa saja yang mereka perolok-olokan, serta akibat yang menimpa mereka ada baiknya kalau di paparkan satu persatu ayat tersebut, yaitu;

1. Surat al-An’am ayat 5. Firman Allah, “ sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak [al-Quran] tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka [kenyataan dari] berita-berita yang selalu mereka perolok-olokan itu”.

2. Surat al-An’am ayat 10. “dan sungguh telah di perolok-olok beberapa Rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu azab atas olok-olokan mereka”

3. Surat Hud ayat 8. “Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada suatu waktu yang di tentukan, niscaya mereka akan berkata: “apakah yang menghalanginya? Ingatlah, di waktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat di palingkan dari mereka dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokannya”

4. Surat Hijr ayat 11. “dan tidak datang seorang rasulpun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokannya”

5. Surat an-Nahl 34. “ maka mereka ditimpa keburukan [akibat] kejahatan perbuatan mereka dan mereka di liputi oleh azab yang selalu mereka perolok-olokan”

6. Surat al-Anbiya ayat 41. “ dan sungguh telah di perolok-olokan beberapa orang rasul sebelum kamu maka turunlah kepada orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu azab yang selalu mereka perolok-olokan”

7. Surat asy-Syu’araa ayat 6. “Sungguh mereka telah mendustakan [al-Quran], maka kelak akan datang kepada mereka [kenyataan dari] berita-berita yang selalu mereka perolok-olokan”

8. Surat ar-Rum ayat 10. “kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah azab yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya”.

9. Surat Yasin ayat 30. “alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokannya”

10. Surat az-Zumar 48. “dan jelaslah bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokannya”

11. Surat al-Mukmin ayat 83. “maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul [yang di utus kepada] mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka di kepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokan itu”.

12. Surat az-Zukhruf ayat 7. “dan tidak seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokannya”

13. Surat al-Jatsiyah ayat 33. “dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka di liputi oleh azab yang mereka selalu memperolok-olokannya”.

14. Surat al-Ahqaf ayat 26. “ dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati. Tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikitpun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokannya”.

Kata Ahlakna, adalah kata kerja bentuk lampau dari kata ahlaka, yang berarti telah Kami binasakan terulang sebanyak 29 kali dalam al-Quran, dengan berbagai penyebab kebinasaan dan beragam cara Allah membinasakan. Umumnya ayat-ayat seperti ini diawali dengan kalimat “berapa banyak umat-umat terdahulu telah Kami binasakan” atau dengan ungkapan “tidakkan kalian memperhatikan berapa banyak yang telah Kami binasakan”. Keseluruhannya dalam konteks agar manusia mengambil pelajaran dari hal-hal yang telah terjadi.

Kata Yarji’un, yang berarti mereka kembali adalah kata kerja bentuk sedang/yang akan datang dari kata raja’a. ia terulang dalam al-Quran sebanyak 16 kali, dan tiga kali diantaranya terdapat dalam surat yasin, yaitu: ayat 31, 50 dan 67.

Kata Muhdharuun, adalah isim maf’ul dari ahdhara/menghadirkan, sehingga ia berarti yang di hadirkan/orang-orang yang dihadirkan. Kata ini dalam al-Quran terulang sebanyak 7 kali. Yang menarik adalah 3 kali diantaranya terdapat dalam surat yasin yaitu: ayat 32, 53 dan 75.

Kata yasykuruun berasal dari kata syakara, yang berarti mereka bersyukur. Kata ini terulang 9 kali dalam al-Quran.

وَمَا اَنْزَلْنَا عَلَئ قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ
Artinya: dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia [meninggal] suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.

Perjuangan indah Habib an-Najjar telah selesai dan ia telah mendapatkan yang yang terbaik dari Allah Swt. Ayat ke 28 surat ini merupakan ketetapan Allah Swt kepada penduduk Antiokhiah setelah peninggalan Habib an-Najjar. Ketetapan tersebut adalah bahwa Allah akan memperlihatkan hasil dari apa yang telah dilakukan oleh penduduk Antiokhiah berupa azab. Karena memang tidak ada yang pantas untuk mereka terima selain itu. Di samping itu Allah juga ingin memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada mereka dan umat-umat sesudahnya, kekuasaan yang di perlihatkan kepada mereka adalah bahwa Allah tidak perlu mengerahkan kekuatan langit [jundin min as-sama-i] untuk membinasakan mereka. Dan memang Kami tidak layak untuk menurunkanya.

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَمِدُوْنَ
Artinya: tidak adalah siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja, maka tiba-tiba mereka semuanya mati.

Shaihatan sebagai mana telah penulis sebutkan diatas, dalam 13 kali kata tersebut diulang pada dasarnya ia dapat dibagi menjadi dua pengertian. Pertama, shaihatan bermakna azab dan yang kedua, tiupan sangkakala, baik sangkakal pertama [menghancurkan] maupun kedua [membangkitkan]. Dalam ayat diatas konteksnya adalah azab. Penggunaan kata shaihah sebagai azab hemat penulis lebih memperlihatkan kepada betapa mudahnya Allah untuk membinasakan mereka. Karena suara dalam pandangan umum manusia adalah sesuatu yang sangat lemah, apalagi untuk membinasakan. Apa yang Allah perbuat terhadap penduduk Antiokhiah hemat penulis sama dengan peristiwa yang menimpa pasukan Abrahah.

Kata shaihatan dalam ayat diatas di perkuat lagi oleh kata waahidatan. Suara yang menggambarkan sesuatu yang lemah, dan itu tidak perlu dilakukan dengan berulang-ulang, cukup dengan satu teriakan saja tiba-tiba mereka semuanya mati. Huruf Fa diatas, memberi kesan bahwa antara teriakan dan kematian berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.

Kata khamiduun turut menambah kesan betapa dahsyatnya suatu teriakan tersebut yang membuat mereka dengan cepat mati sebagaimana padamnya nyala api, bahkan dalam surat al-Anbiya ayat 15 sebagaimana telah disebutkan diatas, Allah menggambarkan mereka dengan hashiidan khaamidiin yaitu tanaman yang telah dituai dan tidak mungkin hidup kembali.

يَحَسْرَةً عَلَئ الْعِبَادِ مَا يَأ تِيْهِمْ مِنْ رَسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهِ يَسْتَهْزِءُوْنَ
Artinya: alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-oloknya.

Ayat ini menggambarkan betapa besarnya penyesalan yang akan diderita oleh penduduk Antiokhiah karena perlakuan mereka memperolok-olok rasul. Mereka menolak hidayah yang seharusnya menjadi penuntun dalam kehidupan, dan sarana untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Apa yang mereka dapat sesuai dengan yang telah mereka pilih. Karena hidup itu adalah pilihan. Pilihan tersebut hanya sepasang, yaitu, baik-buruk, untung-rugi, beriman-kufur, menerima kebenaran-menolak, jalan Tuhan-setan dan pada akhirnya bermuara kepada pilihan terakhir surga-neraka. Yang menentukan dalam pilihan tersebut bukan terletak pada apa yang di pilih, melainkan kontribusi apa yang telah kita berikan, kesungguhan seperti apa yang telah kita lakukan untuk mewujudkan yang kita pilih.

Untuk mendapatkan salah satu yang terbaik dari yang kita pilih tuntutannya hanya satu yaitu aktif dan tidak diam. Ketika kita diam, pada hakikatnya kita memilih cara yang bertentangan dengan apa yang kita inginkan. Karena hawa nafsu dan setan tidak pernah diam, keduanya selalu aktif untuk menggeser dan menggusur setiap manusia dari jalan-jalan keselamatan.

Kembali kepada ayat diatas, kata yastahziun sebagaimana telah disebutkan di awal terulang sebanyak 14 kali dalam al-Quran. Hal-hal yang menjadi objek untuk mereka perolok-olok menurut informasi ayat-ayat diatas adalah, al-Quran, rasul, hari akhir, Azab/balasan Tuhan dan ayat-ayat Allah.

Gambaran penyesalan penduduk Antiokhiah sebagaimana di paparkan dalam ayat ke 30 diatas, tidak hanya bermuatan cerita masa lalu, melainkan sebuah cara Tuhan untuk mencegah manusia dari penyesalan yang tidak berguna. Penyesalan bisa menjadi sesuatu yang produktif dan bermanfaat manakala kemunculannya lebih awal. Yang perlu di lakukan adalah meninjau kembali apa saja yang telah, sedang dan yang akan kita perbuat, apakah hal-hal tersebut benar-benar bermuara kepada kebaikan yang kita inginkan atau sebaliknya.

اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ اْلقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ
Artinya: Tidakkah mereka melihat berapa banyak yang telah Kami binasakan dari generasi-generasi sebelum mereka bahwa mereka tidak kembali kepada mereka.

Kata yarau/mereka melihat terulang sebanyak 39 kali. Pada umumnya kata ini di awali dengan kata alam berarti apakah tidak/tidakkah. Ketika digabung keduanya sehingga menjadi alam yarau /tidakkah mereka melihat, melihat yang dimaksud oleh ayat-ayat seperti ini tidak hanya melihat dengan mata kepala, menurut penulis termasuk juga maknanya dengan melihat melalui pengetahuan. Hal ini disebabkan karena keberlakuan ayat tersebut tidak hanya berlaku pada masa lalu, bahkan tetap berlaku selamanya.

Disamping itu dalam ayat-ayat seperti ini tersirat makna perintah, yang bertujuan agar siapapun yang membacanya menjadikan dirinya sebagai orang yang dimaksudkan oleh ayat tersebut. Sekali lagi penulis katakan bahwa ia bukan hanya ayat sejarah, yang telah usai masa berlakunya. Dengan bahasa lain dapat di katakana bahwa, umat-umat terdahulu dibinasakan [ahlakna] karena mereka tidak mau mengambil pelajaran dari yang mereka lihat atau sejarah yang mereka dengar. Secara psikologis siapapun yang membaca ayat seperti ini, terucap atau tidak niscaya mereka menempatkan dirinya sebagai orang yang diselamatkan.

Bisa dibayangkan betapa efektifnya membaca al-Quran untuk memperbaiki diri, andai saja membacanya dengan menyertakan segenap potensi yang Tuhan berikan terutama akal pikiran dan hati. Berkali-kali afirmasi seperti diatas menyertai seseorang yang membaca al-Quran, niscaya ia akan memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan. Pengaruh yang paling sederhana adalah munculnya kesadaran untuk menjadi yang lebih baik. Kesadaran inilah yang seharusnya mewarnai setiap ucapan dan tindakan.

Kata ahlakna yang diterjemahkan dengan Kami telah membinasakan hendaknya di fahami dengan pemahaman yang benar. Karena bila tidak demikian akan berdampak tidak baik terutama Aqidah. Bukankah Allah adalah Rabb, yang mengatur, memelihara, mengawasi dan mendidik. Kalaupun kemudian Allah membinasakan maka itupun bagian dari pengaturan, pemeliharaan serta pendidikan Allah terhadap manusia dan alam. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai permasalahan ini ada baiknya penulis paparkan beberapa ayat yang berhubungan dengannya, diantaranya:

فَاَهْلَكْنَهُمْ بِذُنُوْبِهِمْ
Artinya: maka Kami binasakan mereka disebabkan karena dosa-dosa mereka, QS. Al-An’am ayat 6.

وَلَقَدْ اَهْلَكْنَا الْقُرُوْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوْا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَتِ وَمَا كَاُنْوا
لِيُؤْمِنُوْا كَذَالِكَ نَجْزِئ الْقَوْمَ المْجُرِمُوْنَ
Artinya: dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kalian, ketika mereka berbuat kezhaliman, padahal rasul-rasul telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak mau beriman. Demikianlah kami memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. QS. Yunus, ayat 13.

وَاَهْلَكْنَا اْلمُسْرِفِيْنَ
Artinya: dan Kami telah membinasakan orang-orang yang melampaui batas. QS. Al-Anbiya, ayat 19.

وَمَا اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ اِلَّا لَهَا مُنْذِرُوْنَ ذِكْرَئ وَمَا كُنَّا ظَلِمِيْنَ
Artinya: dan Kami tidak membinasakan suatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan. Untuk menjadi peringatan, dan Kami sekali-kali tidak berlaku zhalim. QS. Syu’araa, ayat 208-209.

وَلَقَدْ اَتَيْنَا مُوْسَ الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا اَهْلَكْنَا اْلقُرُوْنَ اْلُاوْلَئ بَصَاِئرُ لِلنَّاسِ وَهُدًئ وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa al-Kitab sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu untuk menjadi pelita bagi manusia serta petunjuk dan rahmat agar mereka senantiasa mengingat, QS. Al-Qashash, ayat 43.

Dari ayat-ayat diatas dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Hal-hal yang menjadi penyebab mereka dibinasakan yaitu, karena dosa-dosa mereka, mereka berbuat zhalim/aniaya, melampaui batas, mereka tidak mau beriman, serta tidak mau mengikuti orang-orang yang memberikan peringatan.

2. Tujuannya adalah, menjadi pelita bagi manusia [basha-ir], petunjuk [hudan] rahmat dan agar mereka mengingat dan mengambil pelajaran serta tanda-tanda [ayat] bagi orang yang berakal. Lihat sajadah ayat 26 dan Thaha, ayat 128.

Annahum ilaihim laa yarji’uun, sesungguhnya mereka tidak kembali kepada mereka. Mereka penduduk Antiokhiah tersebut karena kebinasaan yang ditimpakan kepada mereka, akibatnya tidak dapat kembali kepada rasul-rasul itu. Ini berarti bahwa mereka tidak dapat kembali kepada kebenaran.

وَ ِانْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيْعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
Artinya: dan tidaklah mereka semua kecuali dikumpulkan kepada Kami lagi di hadirkan

Ayat ini merupakan ancaman bagi para pendurhaka, bahwa mereka baik yang telah mati maupun yang hidup sekarang nanti di padang Mahsyar mereka semuanya akan dikumpulkan dan dihadirkan untuk di mintai pertanggung jawaban terhadap apa yang telah mereka lakukan.

Kata muhdharun adalah isim maf’ul dari hadhara, yang berarti orang-orang yang di hadirkan. Kesan yang dimunculkan oleh kata ini sama dengan ayat-ayat sebelumnya dengan menyebutkan turja’un/ kalian akan dikembalikan. Karena mereka para pendurhaka tidak mungkin dengan kesadaran mau kembali kepada Allah, melainkan harus dikembalikan. Ini sebagaimana telah penulis sebutkan sebelumnya disebabkan karena mereka menganggap dunia dengan segala isinya lebih baik dari pada akhirat.

وَاَيَةٌ لَهُمُ اْلَارْضُ الْمَيْتَةُ اَحْيَيْنَهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأكُلُوْنَ
Artinya: dan suatu tanda bagi mereka adalah bumi yang mati, Kami menghidupkannya dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan.

Kisah tentang penduduk negeri yang menolak rasul-rasul di awali dari ayat ke 13 dan berakhir pada ayat ke 32. Kisah penduduk Antiokhiah tersebut berakhir dengan pernyataan bahwa: tidaklah mereka semua kecuali di kumpulkan kepada Kami lagi di hadirkan.

Kisah penduduk Antiokhiah yang telah terjadi ratusan tahun sebelum Nabi Muhammad Saw di angkat kembali oleh Allah agar menjadi pelajaran bagi kaum musyrikin Mekkah.

Methode pengajaran melalui sejarah sudah di terapkan, Allah kemudian melanjutkan dengan cata lain yaitu melihat ayat-ayat yang di paparkan-Nya dalam alam. Allah Swt berfirman:

اِنَّ فِئ خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَاْلَارْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَأَ يَتٍ لِأُوْلِئ اْلَالْبَابِ
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam sungguh terdapat ayat [tanda-tanda] bagi orang-orang yang berakal.

Alam dan segala isinya adalah bukti keberadaan dan kekuasaan Allah Swt. Tidak semua orang mampu menangkap bukti-bukti tersebut. Ia akan tersingkap bagi orang-orang yang mau mempergunakan akal untuk memikirkan dan merenungkannya. Ayat ke 33 surat yasin diatas, pada hakikatnya memerintahkan manusia untuk memberdayakan potensi terbaik yang Allah anugerahkan kepada mereka, yaitu akal. Pikirkan dan renungkanlah dengan sebaik-baiknya sesuatu yang sangat dekat dengan dirimu yaitu bumi yang tandus. Betapa dengan kekuasaan-Nya Allah mudah menjadikan bumi tersebut subur. Dan dari bumi yang subur itulah Allah mengelurkan biji-bijian, dan dari biji-bijian tersebut mereka makan.

Pelajaran paling sederhana yang harus di peroleh bagi siapapun yang membaca ayat ini, adalah bahwa dari bumi yang tandus dan kemudian mengeluarkan biji-bijian dan darinya mereka makan, ayat ini secara tidak langsung memperlihatkan kepada manusia akan keberadaan dan kekuasaan Allah serta adanya proses dalam mewujudkan sesuatu. Untuk mendapatkan Habban [bii-bijian/hasil] dari segala sesuatu maka berproseslah, dan ambillah bagian dalam proses tersebut. Ini adalah cara Allah untuk merangsang manusia agar mereka mempergunakan akal.

Penggunaan kata Kami dalam ayat diatas menurut sebagian ulama tafsir di fahami sebagai adanya keterlibatan makhluk. Dengan kata lain seakan Allah berkata bahwa bumi yang tandus tersebut tidak subur dengan sendirinya tanpa adanya keterlibatan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh dari manusia.

وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنَّتٍ مِنْ نَخِيْلٍ وَاَعْنَابٍ وَفجَرَّنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِ
Artinya: dan Kami telah jadikan padanya kebun-kebun korma dan anggur,dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air.

Bukan hanya biji-bijian yang dikeluarkan Allah Swt dari bumi yang tandus tersebut, melainkan juga kebun kurma dan anggur serta di pancarkan-Nya beberapa mata air. Ayat-ayat ini sebagaimana telah disebutkan sebelumnya tertuju kepada kaum Musyrikin Mekah. Bila ditempat yang tandus seperti Mekah, kemudia kita menyebut kata-kata ait, maka yang terbayang adalah kesejukan dan keindahan. Berbeda halnya dengan bila disuatu tempat yang subur, rindang serta mempunyai banyak sumber air.

لِيَأْ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ اَفَلاَ يَشْكُرُوْنَ
Artinya: agar mereka dapat makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka apakah mereka tidak bersyukur

Betapa sayangnya Allah kepada manusia, dengan kekuasaan-Nya bumi tandus berubah menjadi subur yang menumbuhkan aneka tumbuhan mulai dari biji-bijian sampai kepada kebun kurma, anggur dan mata air semua itu agar mereka dapat makan darinya. Sadarkah kita akan kasih sayang Allah tersebut. Pantaskah kebaikan sebesar itu diabaikan apalagi di ingkari. Ya Rabb, jangan butakan mata Kami dari melihat hamparan kasih sayang-Mu.

Wa ma ‘amilathu aidihim, dan apa-apa yang telah di usahakan oleh tangan mereka sendiri. Banyak sekali penjelasan para ahli tafsir mengenai potongan ayat ini diantaranya:
1. ada yang memahami kata ma dalam ayat tersebut dengan pengertian ma nafiyah [menidakkan]. Sehingga pengertian ayat tersebut menjadi dan tidak diusahakan oleh tangan mereka sendiri. Pengertian seperti ini penekanannya terletak pada memperlihatkan kekuasaan Allah. Dasar yang mereka pergunakan untuk pengertian ini adalah, firman Allah Swt dalam surat al-Waqi’ah ayat 63-64.

Adakah kamu memperhatikan benih yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya, ataukah Kami yang menumbuhkannya.

2. sebagian yang lain memahaminya dengan menganggap ma sebagai isim maushulah, berdasarkan penjelasan al-Quran:

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakannya, [an-Najm, 53:39]

Pendapat yang manapun yang kita pakai maka keduanya benar. Karena kedua-duanya memperlihatkan kekuasaan Allah. Bukankah yang mengerakkan tangan manusia untuk berbuat sesuatu adalah kekuasaan Allah.

December 2, 2010 - Posted by | Tafsir/Kajian

No comments yet.

Leave a comment